Kamis, 24 Januari 2019

MENYUSURI LANGKAH, MEMUNGUTI HIKMAH YANG BERSERAK






Saya sudah sering menulis betapa saya sangat kagum dengan kitab Ar-Rihlah yang berisi memoar perjalanan Sang Pengelana Ibn Bathutah.

Tak terbayangkan sulitnya melakukan perjalanan sejauh itu di zaman alat transportasi hanya ada kuda dan hewan tunggangan lainnya. Alat navigasi pun masih sangat terbatas hanya mengandalkan bintang di langit.

Manusia modern tentu tak bisa membayangkan perjalanan tanpa bantuan GPS dan semacamnya.

Satu lagi yang membuat saya percaya bahwa bahasa Arab pernah menjadi bahasa Internasional kelompok intelektual dibuktikan dengan grand journey Ibn Bathutah ini.

Betapa tidak, dari nun jauh di dusun Tangier, Maroko, ia menyusuri rute yang berlipat dari perjalanan Marcopolo. Tanpa adanya bahasa yang menyatukan tempat-tempat yang disinggahinya, mustahil ada catatan perjalanan sepanjang miliknya.

Beberapa kali saya on-off-on-off kursus bahasa Arab, salah satu tujuannya adalah untuk membaca kitab Ar-Rihlah dalam bahasa aslinya. Karena kosa kata bahasa Arab sangat kaya, pasti tulisan aslinya jauuuh lebih indah dari terjemahannya.

Seperti halnya Ibn Bathutah yang memulai langkah dari Baitullah. Hari ini pun saya akan meneruskan perjalanan setelah menyelesaikan umrah dan menuntaskan kerinduan di tanah Madinah.

Saya akan menyusuri Xinjiang-Urumqi-Turpan dan Khasgar untuk menyapa saudara-saudara Uighur di sana.

Doakan perjalanannya lancar. Banyak hikmah berserak yang bisa saya punguti di sepanjang rute yang dilalui. Yang akan saya tuliskan untuk siapa saja yang mau membacanya. Dengan berbagai pertimbangan, cerita perjalanan ini akan saya bagikan setelah kembali ke Jakarta.



King Abd Azis Int'l Airport, Jedah, 1/1/2019

Uttiek
Follow me on IG@uttiek.herlambang |FB @uttiek_mpanjiastuti

1 komentar: