Journey to
Uighur-Xinjiang #9
Kashgar adalah kota yang sangat indah. Sebagai gerbang Jalur Sutra dari Persia dan Asia Tengah, ia menawarkan pesona yang luar biasa.
"Dari mana
saja?" Suara saya tidak bisa menutupi kekesalan karena menunggu lebih dari
30 menit di depan pintu kamar hotel.
Ekspresi muka Lambang
yang kebingungan membuat saya menyadari sesuatu pasti telah terjadi. "Aku
pikir kamu diculik," jawabnya pelan yang seketika membuat saya bengong!
Tadi setelah sarapan,
kita bertemu Mr. Kashimir di lobby hotel.
"We'll going up to take our luggage first,"
pamit saya.
Hari ini kita sekalian
check-out, karena nanti sore harus
mengejar penerbangan kembali ke Urumqi.
Sambil ngobrol, saya
sibuk mengetik tulisan di handphone. Saya ikuti langkah Lambang tanpa
memperhatikan situasi. Sampai di depan kamar, kunci tidak berfungsi.
Berkali-kali di-tap, pintu tetap tidak bisa dibuka.
Lambang menduga Mr.
Kashimir sudah membereskan urusan check-out sehingga pintu kamar tidak bisa
dibuka lagi.
"Kamu tunggu di
sini saja, aku urus kunci ke bawah." Saya hanya mengangguk dan tetap sibuk
menulis.
Sepuluh menit. Dua
puluh menit. Tiga puluh menit. Sampai pegal kaki saya berdiri, Lambang belum
muncul juga. Pasti ada yang tidak beres, batin saya.
Segera saya putuskan
untuk menyusul ke bawah. Di depan lift saya terkejut, karena di angka 20 pintu
lift terbuka. Padahal kamar kita di lantai 22. Mengertilah saya kenapa kunci
tidak berfungsi. Karena salah lantai. Saya tidak memperhatikan karena sibuk menulis
dari tadi.
Rupanya Lambang
kembali ke lantai 22 dan tidak menemukan saya. Tiga kali ke atas-ke bawah,
tidak bertemu juga. Segera dia melapor ke Mr. Kashimir kalau saya
"hilang".
Mr. Kashimir tak kalah
panik. Ia segera melapor ke manajer hotel yang kemudian memeriksa CCTV. Saya
tidak terlihat di lantai 22 sejak tadi.
Saya diculik! Itu yang
ada di pikiran Lambang.
Sejak sebelum
berangkat, bermacam isu keamanan memborbardir kita. Sebagai jurnalis, saya
dilatih untuk menghadapi perang psikologis semacam ini. Sehingga tidak terlalu
terganggu. Namun tidak dengan Lambang. Ia "parno" dengan berita
tentang penculikan.
"Hasbunallah
wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir. Aku akan share semua tulisan
setelah sampai Jakarta. Kita pastikan bisa balik ke Jakarta dulu. InsyaAllah
aman," kata saya sebelum berangkat.
Suasana
"mencekam" sepertinya sengaja dihembus-hembuskan. Sehingga semua
orang ketakutan. Beberapa hari melakukan perjalanan dengan Mr. Kashimir,
sebenarnya saya "prihatin" dengan ketangguhan mentalnya. Ia terlihat
selalu gelisah. Irit bicara. Mengalihkan perhatian bila saya sudah menyinggung
hal sensitif.
Dan yang paling parah,
ia ketakutan menerima telepon dari nomer internasional. Sementara, profesinya
adalah local guide yang mengharuskannya berhubungan dengan orang asing.
Sebenarnya, saya ingin
sekali menggali kisah lebih dalam dari muslim Uighur. Tidak sekadar apa yang
saya saksikan di sana. Berkali-kali saya pancing, ia selalu berkelit dan
menutup diri.
Melihat dirinya, saya
jadi membandingkan dengan Jamal, local guide yang menemani saya dan Lambang
saat ke Palestine tahun 2012 lalu. Situasi keduanya mirip. Sama-sama tumbuh di
negeri terjajah. Namun, Jamal bisa menunjukkan "ketangguhannya"
sebagai orang Palestine.
Saya coba merenung,
pastilah Mr. Kashimir punya alasan mengapa membiarkan dirinya terperangkap
dalam ketakutan berkepanjangan yang sengaja diciptakan itu.
Sejak pertama
menginjakkan kaki di sini, saya seperti mendarat di negeri tanpa senyum. Sulit
sekali menemukan orang yang tersenyum, apalagi tertawa bahagia. Kalaupun ada
yang tersenyum, selalu bergurat duka.
Sejatinya, Kashgar
adalah kota yang sangat indah. Sebagai gerbang Jalur Sutra dari Persia dan Asia
Tengah, ia menawarkan pesona yang luar biasa.
Kemarin sore saat
berkeliling kota tua, saya seperti terlempar ke Persia dengan segala
kemolekannya. Rumah-rumah tua berbata merah, labirin sempit, lengkung iwan khas
arsitektur Islam, lentera yang tergantung di ujung-ujung gang, gerbang kayu
dengan gerendel khas. Ah!
Seakan Putri Jasmine
dan Aladin sedang bermain dengan karpet terbangnya di sana.
Saya dan Lambang
sempat mampir dan menyesap teh di sebuah kedai teh berumur seratus tahun.
Melihat muslim Uighur berkumpul dan saling berbagi cerita.
Tak lama seorang
mengambil oud dan rebana. Musik mulai ditabuh. Irama serupa irama padang pasir
terdengar memenuhi ruangan. Meski suasana riang, namun terasa hampa, karena tak
ada yang tersenyum di sana.
Sebagai penikmat
sejarah Islam, saya terlena. Eksotisme dan jejak sejarah kota kuno ini sungguh
luar biasa. Hanya, kini ada percikan luka. Entah berapa lama dan siapa yang
bisa menyembuhkannya.
Di Sunday Market,
pasar tradisional yang masih eksis sejak zaman Jalur Sutra, saya melihat aneka
ternak diperdagangkan: kuda, unta, yak, keledai, sapi, kambing. Yang tidak ada
hanya babi! Persis seperti ribuan tahun silam. Ini adalah bukti. Ini negeri
muslim.
Sore ini kita harus
kembali ke Urumqi. Di Kashi Airport boarding pass Lambang bermasalah. Nama
tengahnya tidak tercetak, sehingga berbeda dengan tiket dan passport.
Nahasnya, di bandara
ini tidak ada orang yang bisa menjelaskan dalam bahasa Inggris. Sehingga kita
tidak mengerti apa yang terjadi. Padahal waktu boarding semakin mepet.
"Anyone can speak
English?" Saya sampai berteriak karena tidak ada yang bisa membantu. Mr.
Kashimir yang berulang ditelepon Lambang tidak mengangkat teleponnya.
Alhamdulillah, akhirnya ada seorang penumpang dengan bahasa Inggris yang
terbata-bata menjadi penerjemah.
Bahasa menjadi
kendala, bisa dimengerti. Jangankan bicara dalam bahasa asing, ada peraturan
yang melarang muslim Uighur untuk berbicara dengan orang asing. Di titik ini
saya mencoba memaklumi mengapa Mr. Kashimir tidak mengangkat teleponnya.
Belum selesai. Meski
dikejar waktu, lagi-lagi petugas di mesin pemindai meminta saya melepas
kerudung. "Allahu rabbi," desis saya sambil menunjukkan boarding pass
yang waktunya tinggal 10 menit lagi. Melihat muka saya yang mungkin sudah tidak
karuan, petugas itu akhirnya meloloskan.
Sambil berlari, saya
tenteng sepatu boots yang tak sempat dipakai lagi. Untungnya bandara ini tidak
terlalu luas. Tepat di depan boarding gate, terdengar pengumuman melalui
pengeras suara kalau pesawat yang akan membawa kita kembali ke Urumqi segera
boarding.
Di kursi pesawat,
sambil mengatur napas yang masih terengah-engah, saya pejamkan mata mengulang
memori di kota ini.
Takdir sejarah membuat
wilayah yang secara geografis lebih dekat ke Damaskus ketimbang ke Beijing ini
harus menjadi bagian dari negara China. Padahal secara tradisi dan budaya semua
berbeda. Secara ideologi dan religi.... ah, apalagi!
Catatan sejarah
membuktikan, negeri-negeri yang pernah menjadi bagian dari Daulah Islam
terjamin keamanan penduduknya, sekalipun berbeda agama.
Piagam Madinah adalah
awal sekaligus bukti. Bagaimana sebuah pranata masyarakat madani seharusnya
dibangun. Menjamin keadilan untuk semua warganya. Enam abad sebelum Magna
Charta yang dianggap kitab suci dibuat manusia.
Kashgar, 6/1/2019
Uttiek
Follow me on IG
@uttiek.herlambang | FB @uttiek_mpanjiastuti | www.uttiek.blogspot.com
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut