Rabu, 02 November 2011

HANYA ADA TUHAN DAN SAYA

Melihat manusia begitu banyak berjalan, berputar, bagaikan pusaran air, membuat siapa pun akan tergetar hatinya. Dimulai dari tanda berupa lampu hijau dengan mengangkat satu tangan dan berseru “Bismillahi Allahu Akbar”, kita akan tenggelam dalam putaran kontemplasi yang tak bisa digambarkan. Semua berseru menyebut nama Allah, semua berjalan bergegas, semua memandang Ka’bah yang agung itu, tapi semua terasa sunyi, senyap, hanya ada Tuhan dan saya. Ini adalah pengalaman spiritual yang sangat pribadi. Tiap orang akan merasakan hal berbeda yang kadang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
          Subhanallah, Walhamdulillah, Walailahailallah, Allahu Akbar, Walahaula wala kuata illabilahil adzim. Lafal pujian ini terasa lebih menggetarkan di rumah Allah. Bukankah salah satu tanda orang beriman adalah bila disebut nama Allah akan bergetar hatinya? Kesunyian, kesenyapan di antaranya riuhnya manusia, membuat air mata seakan tak ada artinya. Menangis menyesali semua dosa yang telah dibuat, menangis mohon ampun dan kasih sayang, menangis karena rindu kapan bisa datang lagi, menangis karena tak menyangka bisa melangkah di depan rumah Allah, menapaki jalan yang dulu pernah dilalui Ibrahim, Ismail, dan manusia yang paling dicintai di muka bumi Rasullah Muhammad.
          Ribuan manusia berdesakan, semua ingin paling dekat dengan Tuhan, tanpa pernah berpikir ada wanita yang terhimpit di sana, ada kakek tua yang kakinya tak lagi menapak tanah karena terdorong arus, ada orang-orang cacat yang berjalan tertatih-tatih. Tiba-tiba muncul satu pinta, “Ya Allah, mudahkanlah semua orang ini, karena semua hanya ini memujamu, dekat denganMu.” Doa yang sama yang tiba-tiba terlintas saat melihat seorang nenek tua renta dari Turki yang berjalan terbungkuk-bungkuk menuju tempat Jamarat di suatu pagi yang sangat dingin.
Uttiek Herlambang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar