Di antara semua teman haji ada pasangan suami-istri yang sangat berkesan buat saya. Kami memanggilnya Pak-Bu Yadi. Sang suami adalah dosen agama di beberapa perguruan tinggi di Solo sedang istrinya guru SD Negeri. Dari awal pasangan ini selalu terlihat rukun, adem ayem, membuat siapa saja yang berada di dekatnya merasa nyaman. Awalnya saya menduga karena mereka sama-sama orang Jawa. Dalam tatanan Budaya Jawa harmoni seperti itu lumrah, sekalipun kita tidak pernah tahu apa yang ada di dalamnya. Pokoknya tampak di permukaan tak ada gejolak.
Penerbangan panjang menuju kota suci, menyeberangi Samudera Hindia, membuat semua orang kelelahan, dari situ mulai kelihatan karakter masing-masing. Bukankah ada pameo, kalau ingin mengenal watak seseorang, nilailah saat dalam perjalanan. Setelah satu-dua hari bersama, yang aslinya nyebelin, mulai terlihat nyebelinnya, yang aslinya jutek mulai terlihat juteknya, yang aslinya dermawan selalu bermurah hati kapan saja dimana saja. Dan sejauh yang saya lihat, pasangan Pak-Bu Yadi ini tetap adem-ayem saja. Keduanya selalu berbicara dengan intonasi datar, suara pelan, tidak ada lonjakan emosi yang berarti. Berhari-hari bersama, ternyata tidak ada yang berubah. Saya mulai kagum. Mempertahankan emosi supaya selalu stabil dalam kondisi yang terus bergerak dan di antara begitu banyak orang, tidaklah mudah. Banyak teman seperjalanan yang mulai ribut dengan pasangannya atau orang lain.
Dari obrolan-obrolan ringan saat makan, dalam perjalanan menuju masjid atau menunggu adzan, saya baru tahu kalau Pak Yadi sudah pernah pergi haji sendiri beberapa tahun sebelumnya. Tahun 2006-2007 itu selain memuhrimi istrinya, ia juga menghajikan salah satu orangtuanya yang sudah meninggal namun belum berkesempatan pergi haji. Ia bercerita bertahun-tahun mereka menabung untuk bisa berangkat haji. Menurutnya, kalau hitungan matematika memang sulit, tapi rezeki yang berkah akan membuat semuanya menjadi mudah. Pasti cukup karena Allah Maha Kaya. Sangat kaya. Saya jadi semakin penasaran. Apa yang membuat rezeki mereka mendapat keberkahan luar biasa dari Allah?
Rupanya Allah memberikan jawabannya lewat kejadian di Madinah. Selesai Sholat Dzuhur, sang istri pulang dulu ke hotel bersama ibu-ibu, sampai di hotel ternyata suaminya belum datang. Ia langsung tahu kalau suaminya pasti menunggu di Bab Annisa (di Masjid Nabawi, ruang sholat pria dan wanita terpisah, biasanya orang-orang saling menunggu di Bab Annisa). Kalau mau menyusul, khawatir malah telisipan jalan, sedang hp sang suami ternyata tidak dibawa. Lama menunggu, saya perhatikan Bu Yadi mulai gelisah, sesekali saya membaca gerak mulutnya beristighfar. Dengan sedikit heran, saya bertanya, apa yang membuatnya khawatir? toh suaminya InsyaAllah tidak akan tersesat karena lokasi hotel betul-betul tepat di depan pagar masjid. "Bukan takut Bapak tersesat Mbak, tapi saya takut pada Allah," jawabnya. Meski tidak jelas dengan maksudnya, saya hanya diam mengangguk. Tak lama mendengar suara salam suaminya, ia langsung berlari keluar kamar, saya lihat air matanya menetes saat bersalaman sambil mencium tangan suaminya. Sang suami bukannya marah, karena kesal sudah menunggu lama, tapi hanya tersenyum sambil mengatakan, "Alhamdulillah, kalau sudah di hotel."
Meski saya hanya melihat dari dalam kamar, tapi pemandangan itu membuat saya tertegun. Sang istri dengan ikhlas langsung minta maaf dan suaminya pun langsung memaafkan. Tidak perlu mencari siapa yang salah. Bagaimana tadi janjiannya? Siapa yang melanggar kesepakatan? Mengapa pulang dulu ke hotel? Mereka berdua lebih takut pada Allah, karena terikat perjanjian untuk saling memuhrimi selama di tanah suci. Mungkin ini yang mereka maksud dengan rezeki barokah. Membuat cahaya Allah lebih mudah sampai ke hati dan tercermin dalam perilaku sehari-hari. Salah atau benar memakai aturan Allah, bukan ukuran manusia. Sakinah, ma wadah, wa rahmah, diperlihatkan Allah langsung di depan mata saya..
Saya mendengar kalau tahun ini Pak Yadi kembali mendapat kesempatan ke tanah suci sebagai pembimbing haji. Subhanallah, betul-betul rezeki yang penuh keberkahan....
Uttiek Herlambang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar