Tiap kali musim haji tiba, kerinduan untuk berada kembali di rumah Allah seakan tak terbendung. Membaca berita, berbagi cerita, melihat foto/video rasanya tak pernah cukup menjawab kerinduan itu. Saya pergi haji tahun 2006-2007, saat puncak musim dingin. Rombongan haji tahun itu dikenal dengan peristiwa kisruhnya katering sehingga menyebabkan jamaah haji Indonesia banyak yang kelaparan selama prosesi Arafah-Muzdalifah, Mina. Saya sebetulnya tidak sependapat dengan istilah kelaparan itu, kalau lapar iya, tapi tidak sampai kelaparan, ah. Saya ingat, waktu kita menahan dingin di Muzdalifah, seorang jamaah dari Jakarta ada yang berlari-lari kecil di sekitar saya sambil berteriak, "Enggak dingin...enggak laper...enggak dingin...enggak laper." Atraksi itu mengundang senyum orang-orang yang kebetulan melihatnya.
Tapi peristiwa yang membuat saya merinding adalah ketika melihat seorang laki-laki yang mengais-ngais tumpukan kertas/kardus bekas yang sudah dibuang orang, ia seperti mencari sesuatu yang tertinggal di tempat itu. Sampai akhirnya ia menemukan sepotong buah pisang. Mukanya kelihatan berseri saat menemukan apa yang dicarinya. Dari tempat saya duduk, saya tertegun. Subhanallah, Allah membukakan mata saya, bahwa manusia adalah mahluk hina, hanya Allah yang mulia. Bapak itu mungkin di kampungnya adalah orang terhormat (setidaknya ia mempunyai cukup biaya untuk membayar ONH), tapi di Muzdalifah, di tempat yang mulia ini, ia harus "mengais" sampah sekadar untuk mengganjal perutnya.
Di Muzdalifah kita harus bermalam, atau setidaknya baru bergerak menuju tempat berikutnya, yaitu Mina setelah lewat tengah malam. Karena dingin dan lelah, saya tertidur. Antara sadar dan tidak, saya seperti mendengar orang menjerit-jerit di dekat saya. Akhirnya saya terbangun dan mencari sumber keributan itu. Ternyata sepasang suami istri sedang bertengkar hebat sampai berteriak-teriak. Orang-orang di sekitarnya berusaha menyadarkan mereka dengan berkata, "Haji...haji...istighfar." Tapi pasangan itu terus saja berteriak-teriak histeris. Sekali lagi saya seperti melihat video kehidupan. Mungkin dua orang itu mengalami disorientasi, kelelahan, rasa lapar, dingin, sampai-sampai tidak sadar saling meneriaki pasangan dan disaksikan puluhan orang. Tapi buat saya itu pelajaran; bagaimana pun aib rumah tangga harus ditutup rapat, jangan sampai orang luar melihat/mendengar seperti yang terjadi pada pasangan suami-istri itu. Dan itu hanya bisa dilakukan kalau kita terus-menerus mengingat Allah dengan Istighfar. Astaghfirullahaladzim....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar