Rabu, 02 November 2011

TEH SUSU TANPA GULA

Dengan cekatan anak kecil berkulit putih itu menuang susu ke dalam gelas kertas, menambahkan sedikit air panas dari dispenser, lalu mencelupkan satu kantong teh Lipton. “No sugar?” tanyanya memastikan. “No sugar.” “3 riyal,” imbuhnya sambil mengangkat 3 jari tangannya. Lho? Kok lebih mahal, di Makkah kemarin harganya hanya 2 riyal, bahkan di Madinah nanti harganya hanya 1 riyal segelas.  
Ya sudahlah, kehidupan di Mina hanya berlangsung tak lebih dari 3 hari dalam setahun. Jadi sah-sah saja kalau semua barang harganya sedikit lebih mahal. Atau jangan-jangan pedagang di sana juga mendengar berita kalau Jamaah Indonesia tidak menerima katering makanan sebagaimana seharusnya, jadi berapa pun makanan/minuman dijual, pasti ada yang beli.
Teh susu tanpa gula adalah minuman yang paling pas diminum di musim dingin seperti ini. Rasanya seperti menyeruput bandrek di Puncak. Merk susu dan teh yang digunakan semua sama, padahal di supermarket beragam merk susu dan teh tersedia. Tapi kenapa semua pedagang menggunakan merk ini? Jangan-jangan komposisi keduanya memang dirasa paling pas. Beberapa orang dengan kreatif mencelupkan roti atau donat ke dalam teh susu yang ternyata rasanya sangat sedap.
Mereka yang menyukai rasa manis, tentu tidak akan order tanpa gula. Tapi sekadar informasi, orang Arab sangat menyukai rasa manis. Mereka membubuhkan gula dalam porsi generous pada semua makanan/minuman manis. Standar rasa manis mereka mungkin disetarakan dengan kurma.  Alhasil, teh susu dengan gula rasanya jadi manis sekali. Giung, kata orang Sunda. Minuman ini cocok untuk mendampingi semua jenis makanan. Dari kebab, nasi pecel, hingga bakso. Teh susu tanpa gula. Slruupp
Uttiek Herlambang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar