Yayasan Pemeliharaan Masjid Al-Aqsa Foundation melaporkan, puluhan Umat Yahudi dan tentara Israel tanpa izin memaksa masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa, Rabu (11/4) waktu setempat. Alasan warga Yahudi Israel memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa untuk melakukan ritual ibadah Yahudi di beberapa situs Bait Suci dekat dengan masjid. Penjaga keamanan kompleks masjid tidak mampu menahan puluhan warga Yahudi Israel yang merangsek masuk ke dalam kompleks masjid. [Republika, 11/4]
Twitt itu saya baca setelah kembali ke Jakarta. Geram. Marah. Tapi tak bisa melakukan apa-apa, selain me-retwitt berita itu supaya dibaca banyak orang. Terbayang orang-orang yang memakai setelan warna hitam, topi ala pesulap tapi tidak terlalu tinggi, serta godek ikal yang dipanjangkan hingga bawah telinga. Dengan arogan mereka merangsek masuk, dikawal tentara bersenjata. Padahal sudah ada perjanjian, selain umat Islam dilarang masuk ke dalam kompleks Masjidil Aqsa. Seluruh kompleks, tidak hanya masjidnya saja!
Peristiwa itu mengingatkan saya akan pertanyaan seorang teman sekian tahun silam, saat saya memasang foto kubah Al-Sakrah untuk profile picture di fb. "Itu kan bukan Masjidil Aqsa, kenapa itu yang kamu pasang?" "Seluruh kompleks Haram Al Syarief adalah tempat suci," jawab saya. Meski begitu foto itu lalu saya ganti dengan masjid yang berkubah keabu-abuan sampai saat ini. Mungkin banyak yang bingung, atau lebih tepatnya dibingungkan dengan informasi yang beredar saat ini. Mana sebenarnya yang dimaksud Masjidil Aqsa? Apakah yang kubahnya berwarna emas atau yang berwarna keabu-abuan? Jawabnya: SELURUH KOMPLEKS HARAM AL-SYARIEF ADALAH TEMPAT SUCI.
Seluruh Kompleks Haram Al Syarief adalah Kompleks Al Aqsa atau Masjidil Aqsa karena saat turun Surat Al Israh ayat pertama [Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat] bangunan yang kita sebut sebagai masjid sesuai terminologi masjid sekarang (bangunan yang berkubah, bermimbar, berkarpet) itu belum ada. Namun kita mengaimani perjalanan Isra' Mi' raj Rasulullah SAW melewati tempat suci ini. Selama berabad-abad seluruh kompleks Haram Al Syarief ini disebut Masjidil Aqsa, baru pada sekitar abad ke-16, masa kesultanan Utsmaniyah, kompleks ini disebut Haram Al Syarief, yang secara bahasa artinya tempat suci yang mulia. Sedang masjid yang dibangun Khalifah Umar bin Khatab di dalam kompleks ini disebut Jami' Al Aqsa atau Masjidil Aqsa. Ah, alangkah baiknya kalau kita kembalikan penyebutan ini seperti sebelumnya, seluruh Kompleks Haram Al Syarief sebagai Masjidil Aqsa. Supaya tidak membingungkan umat Islam.
Luas kompleks Haram Al Syarief sekitar 150.000 m2, di dalamnya terdapat beberapa bangunan seperti Kubah Al-Sakrah yang menaungi batu yang dipercaya sebagai pijakan Rasulullah SAW Mi'raj ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah sholat. Di bawah batu itu ada semacam "gua" yang cukup lebar. Ada beberapa informasi yang menyesatkan yang beredar di internet bahwa batu itu melayang, konon batu itu ingin ikut Rasulullah SAW tapi tidak diperbolehkan. Itu semua tidak benar. Posisi batu yang melengkung membuat ada ruang kosong di dalamnya. Ruangan itu biasa digunakan untuk sholat atau pengajian dalam kelompok kecil. Berkarpet merah dengan dinding batu yang masih asli. Bangunan masjid yang berbentuk oktagonal dengan kubah emas murni itu dibangun pada masa kekhalifahan Abd al Malik. Beberapa kali bangunan ini rusak diguncang gempa dan direnovasi, saat ini kubahnya sudah bukan lagi emas murni, melainkan hanya dilapisi emas.
Masjid yang dibangun Khalifah Umar bin Khatab, yang sekarang dikenal sebagai Masjidil Aqsa, kubahnya berwarna keabu-abuan berlapis timah, lokasinya kalau menghadap kubah Al -Sakrah di sebelah kanan. Khalifah Umar bin Khatab mempercayai kalau di tempat inilah Rasulullah SAW sholat sebelum Mi'raj, karenanya didirikan masjid di lokasi ini. Posisi masjid ada di bawah, terdapat pilar-pilar berlengkung peninggalan Dinasti Mamluk sebelum anak tangga untuk turun. Di ujung tangga, ada plaza yang cukup luas dengan air mancur yang sekaligus difungsikan sebagai tempat wudhu di sekelilingnya. Di kanan- kiri plaza berjejer pohon cemara yang tumbuh subur. Tempat ini pastilah dulunya berupa perbukitan karena konturnya yang naik turun, namun sekarang sudah dilengkapi dengan tangga/undakan untuk menuju bangunan lain di dalam kompleks.
------
Gambar di teve itu cukup mengejutkan. Tentara bersenjata merangsek masuk, memukuli siapa saja yang menghalangi langkahnya. Sementara dari dalam masjid, laki-laki, perempuan, tua, muda, berusaha mempertahankan diri dengan melemparkan apa saja yang ada di dekatnya, kursi plastik, sendal, kain, topi, apa saja... Takbir terus bergema. Tiba-tiba gambar bergoyang hebat. Sepertinya kameramennya terdorong hingga jatuh. Terlihat karpet masjid berwarna merah. Sepatu tentara menginjak-injak karpet masjid.
Deg! Karpet merah itu. Begitu melihat karpet merah ini ingatan saya langsung melayang pada berita penyerbuan ke dalam Masjidil Aqsa yang saya lihat di teve sekian waktu lalu. Alhamdulillah ya Rabb, saya akhirnya menginjakkan kaki di sini. Ruangan masjid nampak luas, meski tidak seluas Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Dari pintu masuk, posisi mihrab langsung terlihat karena segaris lurus dengan pintu. Pilar-pilar dari marmer putih berjejer rapi di kiri-kanan. Seluruh ruangan dilapisi karpet merah, beberapa lampu gantung menghiasi bagian dalam masjid. Mozaik yang menghiasi plafon dan bagian dalam kubah tampak indah. Suasana terlihat redup namun tidak mengurangi kesakralannya. Di dekat imam ada replika mimbar Salahudin Al Ayyubi, mimbar aslinya dibakar seorang yahudi yang akhirnya menyebabkan kebakaran di dalam masjid pada tanggal 21 Agustus 1969. Semoga Allah melaknat pelakunya, doa saya setelah mendengar informasi itu. Mimbar Salahudin Al Ayyubi sebenarnya ada dua, yang satu diletakkan di dalam Masjidil Aqsa, satu lagi masih utuh sampai sekarang di Masjid Ibrahim-Hebron Al Khalili.
Masjidil Aqsa memiliki lantai basement, untuk menuju ruangan itu kita harus keluar dulu dari bangunan utama masjid, posisi tangga ada di sebelah kanan. Langit- langit basement tampak rendah, tersusun dari batu-batu yang kokoh. Sekali lagi saya mengagumi arsitektur dan konstruksi seluruh Kompleks Haram Al Syarief ini, semuanya sangat unik, cerdas dan kokoh. Burj Al Khalifa di Dubai yang saat ini merupakan bagunan tertinggi di dunia, yang sempat saya saksikan seminggu sebelumnya, lewat! Jauh! Kompleks Haram Al Syarief sampai sekarang masih sangat mengagumkan, terbayang bagaimana orang-orang Islam sekian abad silam sudah mampu membuat bangunan secanggih ini. Subhanallah.
Yahudi terus menerus merongrong bangunan ini dengan mengklaim adanya peninggalan Haikal Sulaiman di bawah masjid, jadilah mereka berupaya segala cara untuk merobohkan masjid dan menggantinya dengan tempat peribadatan mereka. Banyak alasan dikemukakan untuk menutupi ulahnya itu, salah satunya penggalian arkeologi, padahal banyak pihak mencurigai itu sebagai upaya untuk merobohkan pondasi masjid. Sebuah kolom tua ada di basement masjid, menurut Jamal, kolom itulah yang terus diklaim yahudi sebagai pintu masuk ke Haikal Sulaiman. Omong kosong, saya tidak percaya dengan segala klaim dan bualan mereka. Tempat itu sekarang adalah masjid, digunakan untuk sholat, itu yang harus kita pertahankan. Titik. Ah, jangan salahkan saya kalau bersikap antipati pada mereka, sebelumnya saya hanya membaca dan mendengar bagaimana mereka memperlakukan saudara-saudara kita di Palestine dan tempat suci ini, setelah menyaksikannya sendiri, kenyataannya sungguh menyesakkan dada. Ya Azis, Yang Maha Adil, bahkan Engkau telah melaknat mereka dalam Al Qur'an.
Pada masa Kekhalifahan Islam, lazim didirikan masjid untuk menandai suatu peristiwa atau tempat bersejarah. Masih di dalam Kompleks Haram Al Syarief, ada sebuah tempat yang diberi nama Masjid Buraq. Dipercaya Malaikat Jibril meletakkan Buraq, kendaraan yang digunakan untuk membawa Rasulullah Isra' dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di tempat ini. Namun sekarang tempat itu sudah tidak difungsikan sebagai masjid lagi. Hanya ada lambang bulan bintang dan tulisan Arab; Masjid Buraq untuk menandainya. Dahulunya ada pintu gerbang di dekat Masjid Buraq ini, namun kemudian ditutup untuk menghindari kemusyrikan. Saya tersenyum mendengar penjelasan Jamal, kalau di tanah Jawa, pastilah tempat ini sudah dikeramatkan dan banyak orang ngalap berkah di sini.
Sekitar lima puluh meter dari Masjid Buraq ada Madrasah khusus untuk wanita. Madrasah seperti ini banyak didirikan pada masa Dinasti Mamluk di dalam Kompleks Haram Al Syarief. Semua yang bersekolah di situ dibebaskan dari biaya alias gratis. Sumber dananya didapat dari pasar yang didirikan di luar kompleks masjid. Sungguh sebuah ide brilian. Rakyat diberi tempat untuk berdagang, sebagai gantinya mereka harus membiayai madrasah, semua orang bisa bersekolah tanpa biaya. Efeknya: perekonomian bergerak, rakyat pintar, negara maju. Subhanallah! Tanda kemajuan lainnya, pada masa itu baik laki- laki maupun perempuan mendapat kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan. Tak heran kalau Islam mengalami kegemilangan yang luar biasa, karena kualitas keimanan dan ilmu pengetahuan ada dalam genggaman. Ya Allah, izinkanlah generasi kami kembali mengulang masa kejayaan itu. Amin.
Banyak lagi alasan yang menjadikan seluruh Kompleks Haram Al Syarief adalah tempat suci selain Rasulullah SAW Mi'raj dari sini, dan tempat ini pernah menjadi kiblat pertama sebelum turun perintah untuk sholat menghadap Ka' bah. Nabi Adam setelah meninggikan Ka'bah berada di sini untuk beribadah pada Allah. Hampir seluruh nabi, selain Nabi Adam, Ismail dan Rasulullah SAW, pernah berada di negeri ini untuk berdakwah mengajak umatnya men-Tauhidkan Allah. Di sini pula Rasulullah SAW pernah mengimami para nabi untuk sholat berjama'ah.
Ah, menikmati senja di dalam kompleks Haram Al Syarief, Subhanallah indahnya. Lokasinya yang luas membuat suasananya tenang, hiruk-pikuk di luar tembok nyaris tak terdengar. Tak heran banyak anak-anak pulang sekolah duduk-duduk di situ. Sambil mengerjakan PR atau belajar kelompok, mungkin. Anak-anak kecil bermain bola dengan riang. Seluruh kekejian yang dilakukan Israel seakan tak berbekas di dalam Kompleks Haram Al Syarief. Sungguh, janji Allah yang menjadikan Masjidil Aqsa sebagai tempat yang diberkahi, saya saksikan sore itu.
Uttiek Herlambang
Kompleks Haram Al Syarief, Palestine, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar