Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan adanya jamaah dari Indonesia yang positif Covid-19 di Tanah Suci saat pelaksanaan ibadah umrah masa pandemi. Hal itu disampaikan langsung oleh Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag, HM Arfi Hatim.
Arfi mengatakan, untuk gelombang pertama, ada 8 jamaah yang telah melakukan PCR/Swab test dan hasilnya positif Covid-19. Dan, untuk gelombang yang kedua ada 5 jamaah yang positif. Secara keseluruhan ada 13 jamaah yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Tanah Suci. [Republika, 122/11].
Qadarullaah wa maa syaa-a fa'ala. Takdir Allah adalah apa yang dikehendakiNya dan pasti terjadi. Semoga Allah angkat penyakitnya dan mereka semua bisa segera kembali ke Tanah Air.
Sekalipun umrah di tengah pandemi banyak tantangannya, namun merasakan kekhusukan thawaf dan sa’i adalah impian setiap Muslim di dunia.
Tujuh putaran dan tujuh perlintasan yang menghanyutkan. Tak perlu berdesak-desakan. Seakan Allah begitu dekat, mendekap erat hati kita.
Begitupun di kota Nabi. Jama’ah tak perlu berebut untuk bisa menghidu wanginya Masjid Nabawi. Bahkan, jama’ah perempuan diberi waktu hingga 15 menit di dalam Raudhah.
Ini sebuah keistimewaan yang belum pernah terjadi di abad ini. Raudhah hanya dibuka dua kali, pagi dan malam hari bagi jama’ah perempuan. Berbeda dengan jama’ah laki-laki yang waktunya lebih longgar.
Terbatasnya waktu membuat momen ke Raudhah ibarat bersiap ke medan jihad. Butuh kesiapan fisik dan mental untuk bisa membenamkan sujud di taman surga itu. Namun, hari-hari ini tak perlu lagi. Semua bisa berlama-lama menikmati setiap jengkalnya.
Saya jadi teringat buku “Berkah Madinah Penggerak Sejarah” yang dikirimkan penulisnya @edgarhamas beberapa waktu lalu.
“Mb, saya mau kirimkan buku baru saya yang akan edar. Tentang Madinah,” balasnya, begitu saya berkabar kalau mengirimkan selat Solo untuk berbuka puasa ke rumahnya.
Rencana penulisan buku itu sudah saya dengar saat berbertemu dengannya di Madinah, Desember lalu. Sebagai mahasiswa Islamic University of Madinah, saya berharap ia akan menuliskan kronik unik tentang Madinah yang belum banyak diketahui.
Dan benar saja. Saya baru tahu kalau tiang-tiang yang berada di dalam Raudhah itu menyimpan jejak sejarah.
Tiang-tiang di Raudhah yang menyimpan jejak sejarah.
Tiang yang berada di sebelah kanan mihrab adalah tempat favorit Rasulullah SAW berkumpul bersama para sahabat. Membagikan ilmu atau sekadar mendengar “curhat” mereka. Tiang itu diberi nama Al Mukhallaqah.
Di bulan Ramadhan, beda lagi posisi favorit Rasulullah SAW saat beri’tikaf. Manusia Mulia itu memilih menggelar tikarnya yang terbuat dari kulit pohon kurma di sisi paling kiri Raudhah. Posisi ini kalau sekarang paling dekat dengan makamnya.
Di belakanya, ada satu tiang yang dinamakan tiang Al Mihras atau tiang Ali bin Abi Thalib. Tiang itu merupakan tempat sahabat Ali bersandar saat ditugaskan menjaga Rasulullah SAW.
Masih di dalam Raudhah, ada satu tempat yang digunakan Rasulullah SAW untuk menerima tamu dan para diplomat dari negara lain saat melakukan kunjungan.
Di hari-hari biasa, jangankan membayangkan tiang-tiang itu posisinya di mana, bahkan sekadar bisa shalat lebih dari dua rekaat saja sudah bahagia tak terkira.
Di tengah kesulitan yang harus dilalui, termasuk tes swab berulang kali, karantina tiada henti, para tamu Allah yang diizinkan umrah di musim pandemi ini mendapat keistimewaan yang mungkin tak akan pernah terulang berabad lagi.
Luas Raudhah tak lebih dari 22x15 m. Namun energi cinta yang ada di dalamnya sungguh luar biasa. Hanya di Raudhah kita bisa merasakan sekeping cinta dari taman surga.
Jakarta, 13/11/2020
Uttiek
Follow me on IG @uttiek.herlambang | FB @uttiek_mpanjiastuti | www.uttiek.blogspot.com | channel Youtube: uttiek.herlambang
Ya Allah, ya Rabb, beri jalanMu untuk hambaMu ini agar bisa bertamu ke rumahMu...��
BalasHapus