Jumat, 06 November 2020

 MUSLIMAH PENOREH SEJARAH



“Saya bangga menjadi seorang Muslim dan darah Palestine yang mengalir dalam diri saya,” ucapan itu disampaikan Imam Jodeh.
Seorang perempuan Muslim berdarah Palestine yang terpilih menjadi anggota legislatif dari negara bagian Colorado dalam pemilihan umum yang baru digelar Amerika Serikat.
Hasil pemilu Amerika ditunggu dunia. Karena siapapun yang terpilih akan menentukan segala rupa. Termasuk sikap terhadap Islam dan Palestine.
Jodeh lahir di Colorado dari dua orang tua Palestine yang berimigrasi ke Amerika pada 1974. Ia akan menjadi legislator Muslim pertama dalam sejarah negara bagian.
Di sebuah wawancara dengan Arab News (31/5) ia menceritakan pengalaman masa kecilnya menjadi Muslim di Amerika.
Ia mengingat, di bulan Ramadhan ia menulis surat yang dilengkapi dengan kop surat masjid untuk guru-gurunya. Isi suratnya, "Selama 30 hari ke depan, Muslim berpuasa. Jadi jika murid Anda kelihatan kelelahan, maka Anda tahu alasannya," kenang Jodeh.
Setelah peristiwa 9/11, ia memutuskan kuliah jurusan ilmu politik. “Saya ingin membela agama saya," tegasnya.
Sebelum terjun ke dunia politik praktis, Jodeh aktif membela hak komunitas Muslim dan isu Timur Tengah. Ia juga mengajar tema konflik Palestina-Israel di Universitas Denver.
Bukan hanya Imam Jodeh Muslimah yang berhasil duduk sebagai anggota dewan. Tercatat nama Rashida Tlaib dan Ilhan Omar sebagai Muslimah yang berhasil mempertahankan jabatannya di House of Representative.
Tentu tidak mudah bagi mereka mendapatkan posisi itu. Butuh kemampuan diplomasi yang luar biasa untuk meyakinkan publik Amerika memilih seorang Muslimah. Dan mereka berhasil melakukannya.
Kemampuan diplomasi ulung juga dimiliki pahlawan perempuan Indonesia. Ia adalah Laksamana Keumalahayati. Laksamana perempuan pertama di dunia.

Laksamana Keumalahayati

Berkat kepiawaiannya ia berhasil menekan Laksamana Jacob van Neck dari Belanda untuk membayar ganti rugi kapal-kapal Aceh yang dibajak oleh Van Caerden sebesar 50 ribu Gulden.
Namun, bukan itu prestasi terhebatnya. Suatu hari pada Juni 1599, kapal Cornelis de Houtman dan Frederijk de Houtman memasuki pelabuhan Aceh.
Pertempuran sengit tak terelakan. Laksamana Keumalahayati dan pasukan Inong Balee berhasil merangsek masuk ke atas geladak kapal de Houtman.
Dalam duel satu lawan satu di atas kapal Van Leeuw, Laksamana Keumalahayati berhasil menikam de Houtman dengan rencongnya hingga tewas.
Saya selalu membayangkan alangkah heroiknya laksamana perempuan hasil didikan sekolah militer Utsmani ini. Sendirian melawan laki-laki yang secara fisik pasti lebih besar dan kuat, namun ia berhasil memenangkan pertarungan itu.
Allahu akbar! Perempuan Aceh memang hebat.
Bicara tentang kehebatan perempuan Aceh tentu tak bisa lepas dari sosok Cut Nyak Dien. Belanda dibuat babak belur oleh pasukannya di tanah rencong.

Penangkapan Cut Nyak Dien

Hingga ia berhasil ditangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Selama di pengasingan, ia ditempatkan di sebuah rumah milik KH Ilyas, tak jauh dari Masjid Agung Sumedang.
Di rumah itu Cut Nyak Dien menghabiskan waktunya dengan mengajar membaca Alqur’an dan bahasa Arab. Penduduk Sumedang menyapanya dengan hormat sebagai Ibu Prabu atau Ibu Suci.
Hari ini, 6 November 1908, Cut Nyak Din menghadap RabbNya. Seorang pejuang tetaplah pejuang. Kalau di tanah kelahirannya ia bertaruh nyawa, di tanah pengasingan ia berjuang menyebarkan cahaya hidayah.
Allahummaghfirlaha warhamha wa ‘afihi wa’fu anha wakrim nuzulaha.
Jumuah Mubarak, everyone! Jangan lupa baca QS Al Kahfi.

Jakarta, 6/11/2020
Uttiek
Follow me on IG @uttiek.herlambang | FB @uttiek_mpanjiastuti | www.uttiek.blogspot.com | channel Youtube: uttiek.herlambang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar